Lolly Sebut Demokrasi Tidak Boleh Lepas dari Budaya Lokal
|
BAWASLU BENGKULU SELATAN – Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Lolly Suhenty, menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia harus tetap berpijak pada nilai-nilai budaya lokal. Ia menilai, demokrasi bukanlah konsep asing yang datang dari luar negeri atau hanya milik pusat kekuasaan, melainkan sebuah nilai hidup yang tumbuh dalam keseharian masyarakat Indonesia. “Salah satu nilai berdemokrasi itu tidak boleh tercabut dari budaya lokal. Demokrasi bukan sesuatu yang jauh di barat sana ataupun di Jakarta sana, demokrasi adalah nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Lolly.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat membuka acara Bedah Buku Srikandi Mengawasi yang digelar di Bali, Selasa (16/9/2025). Dalam forum itu, Lolly menekankan pentingnya menggali nilai-nilai demokrasi dari tradisi lokal, termasuk di Bali yang menurutnya memiliki warisan budaya yang sangat kuat dalam merawat demokrasi berbasis adat dan kearifan lokal.
“Bali sejak dulu punya perhatian serius merawat pengetahuan dan kesakralan. Bali punya tradisi kuat cara menyelesaikan konflik, cara memilih tokoh adat, pemimpin adat, termasuk pemimpin pemerintahannya. Itu sesuai dengan konteks demokrasi yang tidak boleh tercabut dari budaya lokal,” tegas Lolly, yang juga menjabat sebagai Koordinator Divisi Partisipasi dan Hubungan Masyarakat Bawaslu RI.
Baca Juga: Bahas Pengawasan Partisipatif Pemilu, Bawaslu Provinsi Bengkulu Terima Audiensi Pemuda Katolik
Ia menyebut bahwa pemilihan Bali sebagai lokasi penyelenggaraan acara bukan tanpa alasan. Bagi Lolly, tradisi dan spiritualitas masyarakat Bali menjadi cermin bahwa demokrasi bukan hanya sistem politik, tetapi juga sistem nilai yang hidup dalam budaya masyarakat. Hal inilah yang menjadi semangat utama dalam penyusunan buku Srikandi Mengawasi.
Lolly pun mengaitkan isi buku dengan ajaran luhur dalam teks Sarasamuscaya, terutama sloka ke-77 yang menyebutkan bahwa seseorang dikenali dari hasil perbuatan, perkataan, dan pikirannya. Menurutnya, buku tersebut merepresentasikan semangat tersebut, karena para penulis menuangkan ketiga aspek itu dalam bentuk tulisan yang jujur dan reflektif.
Baca Juga: Bang Zul Ajak Masyarakat dan Penyelenggara Pemilu Konsisten Menapaki Jalan Demokrasi
“Dengan tiga hal tersebut orang akan mengetahui kepribadian diri. Ini ada di Sarasamuscaya 77. Buku ini bicara soal apa yang dikatakan, dilakukan dan apa yang dipikirkan,” ujarnya. Ia juga menilai bahwa para penulis merupakan sosok-sosok terpilih karena berhasil menyelesaikan tulisan di tengah kesibukan tahapan pemilu yang sangat padat.
Lolly memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para srikandi penulis buku, yang dinilainya telah mampu melewati berbagai tantangan untuk menghasilkan karya. “Mereka yang tergabung sebagai penulis mampu menundukkan tantangan yang berlapis dan berkali-kali lipat lebih berat karena buku ini lahir di masa tahapan yang beririsan. Mari kita beri apresiasi kepada para penulis,” ucapnya penuh semangat.
Baca Juga: Faham Syah, Kuatnya Lembaga Bawaslu Jadi Penyeimbang Demokrasi
Dalam penutupan sambutannya, Lolly mengajak seluruh peserta acara untuk menjadi bagian dari sejarah, bukan hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai penulis dan pewaris nilai. “Sebagai pelaku sejarah, cerita sekecil apapun yang ditulis menjadi penting untuk diketahui orang lain juga menjadi upaya untuk mewariskan tradisi untuk tidak pernah jenuh, takut, dan lelah menuliskan cerita sekecil apapun itu,” jelasnya.
Acara Bedah Buku Srikandi Mengawasi resmi dibuka oleh Lolly Suhenty dengan ajakan inspiratif kepada seluruh elemen masyarakat untuk mulai menulis sebagai bagian dari kontribusi dalam demokrasi. “Mari menulis karena dengan menulis kita bekerja untuk keabadian,” pungkasnya. Berita ini dikutip dari publikasi resmi Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, Selasa, (16/9/2025). (Humas Bawaslu Bengkulu Selatan)
Editor: Humas Bawaslu Bengkulu Selatan